"Long Nawang dok " "Apa? Long Bawang?" Begitulah reaksi saya saat mendengar pertama kali tempat PTT sangat terpencil saya, segera saya cari dalam google map, dan hasilnya, ada. di ujung dekat malaysia, dan rupanya sangat terpencil sekali untuk ukuran tempat di kalimantan.
Puskesmas Long Nawang |
Mulailah saya berpikiran yang bukan-bukan, dalam hal ini, pemikiran yang singkat pasti akan mengatakan " tempat yang primitif, rumah dokter yang kurang terurus dan akses yang sulit" ..... tidak sepenuhnya benar, bahkan..... tidak ada yang benar! Perjalanan saya diawali dari Malinau dengan Susi Air selama 1,5 jam, merupakan pesawat satu mesin berisi 12 penumpang, cukup baik, dan yang meyakinkan (saya ga tau kenapa) pilotnya foreigners, dan sebagian besar berkewarganegaraan amerika. Pertama kali saya mendarat di bandara Long Ampung, saya berpikir, ada istilah Airport-Airfield-Airstrip, dalam hal ini, bandara ini masuk kategori Airfield, hanya landasan aspal dengan panjang 400meter, hingga hanya pesawat kelas Susi Air kebawah yang bisa mendarat.
Perahu Ketinting
Tapi melihat bandara yang hanya berupa rumah kayu, saya semakin berpikir yang tidak-tidak tentang Long Nawang. Namun setelah perjalanan 1,5 jam lagi dengan ketinting (perahu motor yang dirancang untuk sungai yang dangkal namun berpenumpang banyak), sampailah saya di Long Nawang, hal berikutnya di pikiran saya yang terlintas adalah "Tau begini, gw ga bawa barang-barang camping" yup, saya memang terlalu meng underestimate Long Nawang, hingga saya bawa perlengkapan "naik gunung".
Namun tetap ada permasalahan (atau bukan masalah bila sudah gaya hidup) di sana, yaitu harga, untuk sebutir telur dan satu bungkus mie instant, masing-masing adalah 5500 rupiah, dan ayam 1 ekor 250 ribu rupiah, hal tersebut awalnya membuat saya garuk kepala, tapi setelah mengetahui metode diatas adalah patungan ^_^ beban jadi terasa ringan, karena keberadaan perawat dan bidan yang baik-baik, sangat membantu saya. Untuk kehidupan di Long Nawang, see u in the next blog...
Jembatan Long Nawang |